BAB
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batik
adalah
kain
bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam
pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang
memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
teknologi,
serta pengembangan motif
dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible
Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober
2009.
Legenda dalam literatur Melayu
abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola
40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu,
dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang
Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah
itu ditafsirkan sebagai batik.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana sejarah batik di Indonesia
2. Bagaimana pengelompokkan jenis-jenis batik?
3. Bagaimana cara/teknik pembuatan batik?
4. Bagaimana budaya batik di Indonesia?
5. Perbedaan apa yang terletak pada batik tulis dan
batik cap?
BAB 2
PEMBAHASAN
Sejarah batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang
pewarnaan menggunakan
malam adalah salah satu bentuk seni kuno.
Penemuan di Mesir
menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan
diketemukannya kain pembungkus mumi
yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik
juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang
(618-907) serta di India dan
Jepang
semasa Periode Nara
(645-794). Di Afrika,
teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria,
serta Suku Soninke
dan Wolof di Senegal.
Di Indonesia,
batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer
akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik
tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I
atau sekitar tahun 1920-an.
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa
Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat
bahwa teknik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari
India atau Srilangka
pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes
(arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (sejarawan
Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera,
dan Papua.
Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh
Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola
gringsing sudah dikenal sejak abad
ke-12 di
Kediri, Jawa Timur.
Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting,
sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita,
arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian
menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan
pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan
bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak
abad ke-13 atau bahkan lebih awal.
Legenda dalam literatur
Melayu
abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang
diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140
lembar kain serasah dengan pola
40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu,
dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam
perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang
Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah
itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama
kali diceritakan dalam buku
History of Java (London, 1817) tulisan
Sir
Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi
Gubernur Inggris
di Jawa semasa Napoleon
menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel
memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke
Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik
mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle
di Paris
pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang
memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai
batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan
teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada
saat yang sama imigran dari Indonesia ke Wilayah Persekutuan Malaysia juga membawa Batik
bersama mereka.
Sekarang batik sudah berkembang di beberapa tempat
di luar Jawa, bahkan sudah ke manca negara. Di Indonesia batik sudah pula
dikembangkan di Aceh dengan batik Aceh, Batik Cual di Riau, Batik Papua, batik
Sasirangan Kalimantan, dan Batik Minahasa.
Jenis – jenis batik
Menurut teknik :
- Batik tulis
adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan.
Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
- adalah kain yang dihias dengan
teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga).
Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
- Batik
lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung
melukis pada kain putih.
Batik Jawa
Sebuah warisan kesenian budaya orang
Indonesia, khususnya daerah Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun.
Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa
terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya
sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur
mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik
jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik
Solo.
Berdasarkan daerah asal :
- Batik Bali
- Batik Banyumas
- Batik
Besurek
- Batik
Madura
- Batik Malang
- Batik Pekalongan
- Batik Tegal (Tegalan)
- Batik Solo
- Batik Yogyakarta
- Batik Tasik
- Batik Aceh
- Batik
Cirebon
- Batik
Jombang
- Batik
Banten
- Batik Tulungagung
- Batik Kediri
- Batik Kudus
- Batik
Jepara / Batik Kartini
- Batik
Brebes
- Batik Minangkabau
- Batik Minahasa
- Batik
Belanda
- Batik
Jepang
Berdasarkan corak :
- Batik
Kraton
- Batik Sudagaran
- Batik
Cuwiri
- Batik
Petani
- Batik
Tambal
- Batik Sida Mukti
- Batik Sekar Jagad
- Batik Pringgondani
- Batik
Kawung
- Batik Sida Luhur
- Batik Sida Asih
- Batik Semen Rama
Cara pembuatan Batik:
·
Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan
menggunakan pensil
·
Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada
gawangan
·
Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam
bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk
bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya
saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin
tidak terkena.
·
Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair
dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas.
·
Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna
tertentu tertutup malam. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dilakukan dengan mencelupkan kain
tersebut pada warna tertentu. Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan
warna-warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap nantinya.
·
Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan
dikeringkan.
·
Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg
telah berubah warna tadi direbus dgn air panas. Proses ini bertujuan untuk
menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah digambar menjadi terlihat
jelas.
·
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat
dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
canting) untuk menahan warna berikutnya
·
Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua
,pemberian malam lagi.
·
Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang
telah dibatik dicelupkan ke campuran air dans oda ash untuk mematikan warna
yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
·
Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin
dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.
Budaya batik di Indonesia
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni
tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak
lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka
dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan
membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik
Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki
garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung",
dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum
lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi
yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal
dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.
Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh
keluarga
keraton Yogyakarta
dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (
Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan
kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada
Konferensi PBB.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh
berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang
terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun
batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan
juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan
oleh
Tionghoa,
yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang
sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa
oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan
mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan
masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak
memiliki perlambangan masing-masing.
Perbedaan batik tulis dan
batik cap
Batik Tulis
1.
Dikerjakan
dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk
bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil
untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan
kain.
2.
Gambar batik
tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik)
khusus bagi batik tulis yang halus.
3.
Warna dasar
kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis
putihan/tembokan).
4.
Setiap
potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan
pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya
bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
5.
Waktu yang
dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2
atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan
batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
6.
Harga jual
batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih
bagus, mewah dan unik.
Batik Cap
1.
Dikerjakan dengan
menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan
gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik
dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2
minggu.
2.
Bentuk
gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar
nampak berulang dengan bentuk yang sama.
3.
Gambar batik
cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
4.
Warna dasar
kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal
ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang
lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Waktu
yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
5.
Jangka waktu
pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10
tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk
pemakainnya hampir tidak terbatas.
6.
Harga jual
batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis.
BAB 3
KESIMPULAN
Batik
merupakan salah satu kekayaan warisan budaya bangsa Indonesia. Kaya akan
motif dan coraknya yang menarik. Batik juga menjadi salah satu maskot bangsa
Indonesia. Saat ini batik sudah banyak diaplikasikan pada benda benda
keseharian. Sehingga batik akan menjadi lebih dekat di kalangan masyarakat.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Batik
diakses pada tanggal 21 Maret 2016
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-sejarah-dan-jenis-batik-indonesia/
diakses pada tanggal 21 Maret 2016